Menganyam Kedukaan Pakaian lusuh, koyak-rabak dan begitu tak bermaya. Mereka menghulunkan tangan kurus antanajenejak besi berkarat, membenamkan muka kecil kurus itu antara jerejak itu, meminta sisa makanan. Ada manusia yang belas ihsan. Ada yang kebinatangan manusiawinya. Jahanampeperangan mi! Penang saudara yang tolol!” Dalam kelopak mata Hassan Abdullah ada butir-butir mutiara cair, membasahi bentengnya yang kening. Dokton PBB memapah- nya untuk bangkit
|
|
|