Menganyam Kedukaan tepi lorong yang menghala ke pondok kebun. Di belakangnya tersandang pam pemancit nacun rumpai wama tembaga yang kelihatan berkilat-kilat dalam pancaran tenik matahani pagi.Tangan kirinya memegang botol plastik berisi nacun rumpai Gramoxone. “Jatan, kurang ajar awakH” Pak Sujang melompat keluar dan balik pondok dengan jopul terhunus dan terhayun-hayun di tangan kanannya. Terperanjat besar Jatan dengan tengkingan dan tindakan temunun menjadi norma hidup suku kaumnya. “Fikni,” keluhnya perlahan-lahan mengingatkan teman sekuliahnya. Ada sesuatu yang menyebahkan ia tentarik dengan Fikri. 73 MENGANYAM KEOUKAAN Keberserian wajah dan kejennihan matanya penuh berisi keyakinan hidup danketrampilan untuk menegak kebenaran. Memang sejak tahun satu lagi Kumang sudah menaruh hati, malah diam-diam menggantungkan harapan pada Fikni. Di ruai dilihatnya Aki Embol tekun mengayam tikar
|
|
Puisi |
---|
|
Bakul berisi ketam dan siput, Mari diletak di hujung sudut; Yang menanti padang tak berumput, Yang datang kurus berkerut.
Lihat selanjutnya... |
|