Menganyam Kedukaan manusia. Muka, hidung, kulit,mulut dan penut yang melecet bekas cucuhan api nokok dan besi panas. Selian binatang hanimau, banangkali tidak selian sebuas kebinatangan manusia begini. Rajendnan tenasa bulu tengkuknya menegak. Rajendran bendoa semoga Ravi dan Thevanai tidak dipenlakukan begitu oleh penempuan tadi. Tidak mungkin penempuan itu selian yang dibayangkannya. Tidak mungkin. Dia meramas bungkusan di datam beg plastik hitam. Rajendnan kaumnya. “Fikni,” keluhnya perlahan-lahan mengingatkan teman sekuliahnya. Ada sesuatu yang menyebahkan ia tentarik dengan Fikri. 73 MENGANYAM KEOUKAAN Keberserian wajah dan kejennihan matanya penuh berisi keyakinan hidup danketrampilan untuk menegak kebenaran. Memang sejak tahun satu lagi Kumang sudah menaruh hati, malah diam-diam menggantungkan harapan pada Fikni. Di ruai dilihatnya Aki Embol tekun mengayam tikar rotan. Begitu ligat jani-jemarinya
|
|
Puisi |
---|
|
Berapa dalam lubuk Inggeris, Saya berani menebar jala; Berapa tajam pisau dan keris, Saya berani menegak dada.
Lihat selanjutnya... |
|