Menganyam Kedukaan keterasingan hidup manusia yang menghadapi zaman transisi. Di sini penyair melukiskan alam yang menenima dan meng- hadapi kemajuan dengan perlukisan atau gambanan ‘bangunan pencakar langit’ yang di bawahnya pula ‘mobil kian rakus’ dan ‘membiak han demi han’. Semuanya mi walaupun ‘mencorak- kan wanna-wama gemilang’ untuk kehidupan manusia tetapi ditemui pula ‘kealpaan manusia’ memelihara ‘kehijauan alam’ yang menjadi kecintaan makhluk alam titisJennih dan ke/opok mata ado/oh cenita duo ma/cna ten/codong /cuntuman duko moho pedih tenkodang hungo gemhmro moho cenia me/con mewannoiputonon musim usia. Ka/ou /ongkohku kian sumbong dicemani toufan kecundong /cuakui hanya /cau temon seJati bisa gera/ckan hati jodi kudusuci. Quop, Kuching 18 MENGANYAM KEDUKAAN SUATU PERJALANAN Lawrence Atot Din gin mo/am sepi menceng
|
|
Puisi |
---|
|
Kalau ke titi dari seberang, Batang mancis membakar badan; Alak hati siapa kian melarang, Siapatah kian dapat menahan.
Lihat selanjutnya... |
|