Menganyam Kedukaan di atas landasan kebenaran dan kejujuran telah menyentuh hati nurani pembaca dengan kesan yang mendalam. Penggunaan ungkapan-ungkapan bersifat metafora seperti ‘gunung duka’, ‘lembah kedaifan’, ‘layar khidmat’, ‘payung amanah’ dan ‘hujan alpa’ terasa begitu puitis serta berhasil menimbulkan citra-citra yang jelas, tepat dan penuh kehalusan. Selanjutnya, Jeniri Amir yang mengungkapkan pe - mikiran dan perasaannya dalam puisi “Doa” bertolak dan persoalan tenh~tthp suasan dan genak ahim. Impian tensebut antaranya diungkapkan pada ‘bunga sen-a’ yang geraknya seningan atau selembut ngin; pada ‘mega benanak’ yang mengerti akan h-any-a menggugunkan hujan rahmat; pad-a ‘niak’ yang tidak menjadi gelombang hanjir tetapi tenang mengalir seperti -air surut; Nda ‘kabus’ dingin yang tidak pemah kening atau menghilang dan pda ‘siang’ gemmmang yang tidak
|
|
|