Menganyam Kedukaan hanya kedengaran ratapan sayu dan sebak tangi- san yang herpanjangan. Budak-budak bubar daripada menge- numuni pekenja sukarela. Sebab itu dia membisu, kesayuan mencengkam sanubarinya menonton ratusan budak yang tersangat lapar, hinggakan ada yang harus mengheretkan kakinya untuk mendengar khuthah anginnya. Kau tak perlu heboh sangat!” tengking Hassan Abdul- Iah. Kamil! Kamil!’ laung seorang perempuan muda, yang baru menjanda. Lakinya mati
|
|
Puisi |
---|
|
Mudik beralun kelong ditahan, Bemban hanyut dengan uratnya; Perut lapar lalu kutahan, Hati rindu tiada ubatnya.
Lihat selanjutnya... |
|