Menganyam Kedukaan itu, ditemui juga ungkapan-ungkapan bersifat nietafora dan pensonifikasi yang menimbulkan keseganan senta kehalusan kesan pengucapan dan gambanannya, sepenti ‘danau hati’, ‘Sepi mencengkam’, ‘muana mimpi’, ‘panah-panah arjuna’ dan ‘menanap impian’. Paduan kesan-kesan mi menjadi- kan puisi tersebut teradun dalam kesatuan suasana yang hanmonis. Puisi “Titian Hidup” mengemukakan pemikiran tentang keterasingan hidup manusia yang menghadapi zaman transisi. Di sini penyair pengutip memoni’, ‘daun- daun kenangan’, ‘taman ingatan’ dan ‘sungai insani’ yang sekali gus berhasil menimbulkan kesan kesegaran pengucapan. Puisi “Kinanya” mengemukakan impin ideal penyair tenh~tthp suasan dan genak ahim. Impian tensebut antaranya diungkapkan pada ‘bunga sen-a’ yang geraknya seningan atau selembut ngin; pada ‘mega benanak’ yang mengerti akan h-any-a menggugunkan hujan rahmat; pad-a ‘niak’ yang tidak
|
|
|